Ciamis Pos – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menargetkan untuk mengembangkan inovasi yang memanfaatkan tenaga nuklir dalam mendaur ulang sampah plastik, dengan harapan dapat mencapai tahap komersialisasi pada tahun 2027. Hal ini disampaikan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN, Anugerah Widiyanto, seiring dengan adanya kolaborasi antara BRIN dan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) dalam inisiatif Nuclear Technology for Controlling Plastic Pollution (NUTEC Plastic), yang merupakan proyek riset bersama dengan kode RAS1031.
Anugerah mengungkapkan bahwa saat ini proyek riset tersebut telah memasuki tahap kedua, yang diperkirakan akan selesai pada tahun 2025. Meskipun demikian, tujuan utama dari proyek ini adalah untuk mencapai tahap komersialisasi, yang diharapkan dapat terwujud pada tahun 2027. Proyek riset ini bertujuan untuk mencari solusi dalam mengatasi permasalahan sampah plastik, yang selama ini menjadi isu lingkungan yang signifikan.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka, dan Biodosimetri BRIN, Tita Puspitasari, menjelaskan bahwa proyek riset ini saat ini telah mencapai Tingkatan Kesiapan Teknologi (Technology Readiness Level/TRL) tingkat 5. Dia menambahkan bahwa proyek ini diharapkan dapat mencapai TRL 7 pada tahun 2027, yang menandakan bahwa hasil riset tersebut akan siap untuk dipasarkan dan diaplikasikan secara komersial.
Salah satu hasil penting yang diperoleh dari riset ini adalah pengembangan compatibilizer, yaitu bahan yang digunakan dalam industri plastik komposit. Compatibilizer berperan penting dalam memastikan campuran plastik menjadi homogen dalam proses pembuatan komposit. Uniknya, compatibilizer yang dikembangkan dalam riset ini dapat dibuat menggunakan sampah plastik sebagai bahan baku, yang memberikan nilai tambah dalam pengolahan sampah plastik.
Tita menjelaskan bahwa pembuatan compatibilizer dengan menggunakan sampah plastik sangat penting, karena di industri komposit plastik, penggunaan compatibilizer konvensional biasanya memakan biaya hingga 30 persen dalam setiap kali produksi. Dengan menggantikan bahan kimia konvensional dengan sampah plastik yang telah diproses, biaya produksi bisa ditekan, dan pada saat yang sama, sampah plastik yang sebelumnya dianggap memiliki nilai rendah dapat diubah menjadi produk bernilai tinggi.
Proses ini disebut sebagai upcycling, di mana sampah plastik yang semula tidak memiliki nilai ekonomi bisa diubah menjadi produk yang sangat bernilai. Ini menjadi langkah signifikan dalam memanfaatkan sampah plastik secara lebih bijaksana dan ramah lingkungan. Tita juga menekankan bahwa inovasi ini dapat mengurangi ketergantungan pada bahan kimia sintetis yang digunakan dalam pembuatan compatibilizer konvensional, yang lebih berpotensi merusak lingkungan.
Sementara itu, Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN, Syaiful Bakhri, menjelaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari upaya BRIN untuk mengurangi sampah plastik dengan cara mendegradasi material tersebut menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Dengan demikian, sampah plastik yang selama ini hanya berakhir di tempat pembuangan akhir (TPU) atau landfill dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan baku untuk pembuatan komponen-komponen lainnya yang lebih berguna dan bernilai jual.
Dengan adanya riset dan inovasi ini, BRIN berharap dapat memberikan solusi yang lebih baik dalam menangani permasalahan sampah plastik di Indonesia. Harapannya, pada tahun 2027, hasil riset ini akan dapat digunakan secara luas dan memberikan dampak positif, baik dari segi ekonomi maupun lingkungan.